Media massa adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.
Media massa dapat berupa media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan buku; media elektronik, seperti radio, televisi, dan film; atau media digital, seperti internet, media sosial, dan aplikasi online.
Media massa memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai sumber informasi, edukasi, hiburan, maupun kontrol sosial. Media massa juga berpengaruh terhadap perkembangan politik, ekonomi, budaya, dan sosial di suatu negara. Oleh karena itu, sejarah media massa di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia itu sendiri.
Berikut adalah sejarah perkembangan media massa di Indonesia dari masa pers hingga era internet.
Masa Pers
Masa pers adalah masa dimana media massa di Indonesia masih didominasi oleh media cetak berupa surat kabar. Masa pers dapat dibagi menjadi beberapa periode berdasarkan kondisi politik dan sosial di Indonesia pada saat itu.
Masa Kolonial
Masa kolonial adalah masa dimana Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Jepang. Awal perkembangan pers di Indonesia dimulai pada abad ke-17, ketika Belanda mendirikan kantor dagang VOC di Batavia (Jakarta). Pada saat itu, Belanda menerbitkan surat kabar berbahasa Belanda yang berisi informasi perdagangan dan penyebaran agama Kristen. Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Batavia Nouvelles (1744-1746), Bataviasche Courant (1817), dan Bataviasche Advertentieblad (1827) .
Pada abad ke-19, mulai muncul surat kabar berbahasa Melayu yang diterbitkan oleh kaum Tionghoa. Surat kabar ini lebih bersifat komersial dan mengandung iklan-iklan dagang. Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Jawa Bode (1852), Bintang Timoer (1853), dan Sinar Betawi (1870) ¹. Selain itu, juga muncul surat kabar berbahasa daerah setempat yang menampilkan budaya dan sastra lokal. Contohnya adalah Bromartani, surat kabar berbahasa Jawa pertama yang diterbitkan di Surakarta pada 29 Maret 1855 .
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, perkembangan pers di Indonesia semakin pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran politik dan nasionalisme bangsa Indonesia. Muncul banyak surat kabar yang bersifat kritis terhadap pemerintah kolonial dan menyuarakan aspirasi rakyat. Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Medan Prijaji (1907) yang diterbitkan oleh Tirto Adhi Soerjo, Bintang Hindia (1908) yang diterbitkan oleh Douwes Dekker atau Danudirdja Setyabudi, Sinar Hindia (1913) yang diterbitkan oleh Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Surjaningrat atau Ki Hajar Dewantara, Oetoesan Hindia (1914) yang diterbitkan oleh Sarekat Islam . Surat kabar ini juga menjadi sarana penyebaran ide-ide pergerakan nasional dan organisasi-organisasi politik seperti Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan lain-lain.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), pers di Indonesia mengalami penindasan dan pembatasan. Jepang melarang penerbitan surat kabar berbahasa Belanda dan hanya mengizinkan surat kabar berbahasa Melayu atau Jepang. Selain itu, Jepang juga mengawasi isi dan sirkulasi surat kabar agar sesuai dengan kepentingan propaganda Jepang. Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Berita Malai, Koempoelan Rakjat, Sinar Baroe, dan Romoesja .
Masa Kemerdekaan
Masa kemerdekaan adalah masa dimana Indonesia telah merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa ini, pers di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan dalam hal jumlah, variasi, dan kualitas. Pers menjadi salah satu pilar demokrasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa.
Pada masa revolusi fisik (1945-1949), pers di Indonesia menjadi alat perjuangan melawan agresi militer Belanda. Pers juga menjadi saksi sejarah peristiwa-peristiwa penting seperti Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Konstituante 1955-1959, Konferensi Asia Afrika 1955, Pemilihan Umum 1955, Deklarasi Djuanda 1957, Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ². Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Pedoman Rakyat, Sinar Harapan, Kompas, dan lain-lain.
Pada masa Orde Lama (1959-1966), pers di Indonesia mengalami pasang surut dalam hal kebebasan berekspresi. Di satu sisi, pers dapat menampilkan berbagai pandangan politik dan ideologi yang berkembang pada saat itu. Di sisi lain, pers juga sering menjadi korban pemberedelan atau pembredelan oleh pemerintah atau kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai isi atau sikapnya . Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Harian Rakjat, Bintang Timur, Harian Umum Abadi, Harian Pelita, Harian Angkatan Bersenjata, dan lain-lain.
Pada masa Orde Baru (1966-1998), pers di Indonesia mengalami penindasan dan pengawasan yang ketat oleh rezim Soeharto. Pers harus tunduk pada Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 tentang Pokok-Pokok Pers Nasional yang mengharuskan setiap media massa memiliki Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan . Pers juga harus mengikuti Pedoman Pemberitaan Media Massa (PPMM) atau Asas-asas Umum Pemberitaan (AUP) yang melarang media massa menyebarkan informasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 . Banyak media massa yang dibredel atau ditutup karena dinilai melanggar aturan tersebut. Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Tempo, EditorPada masa Reformasi (1998-sekarang), pers di Indonesia mengalami kebebasan dan kemajuan yang luar biasa. Pers mendapatkan perlindungan hukum dari Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menghapuskan SIUPP dan PPMM . Pers juga dapat menampilkan berbagai informasi, opini, dan kritik tanpa takut ditindas atau dibredel oleh pemerintah atau kelompok-kelompok tertentu. Pers menjadi salah satu pendorong perubahan sosial dan politik di Indonesia, seperti reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, pemilu demokratis, desentralisasi, hak asasi manusia, dan lain-lain. Beberapa contoh surat kabar yang beredar pada masa ini adalah Republika, Media Indonesia, Jawa Pos, Koran Tempo, The Jakarta Post, dan lain-lain.
Masa Internet
Masa internet adalah masa dimana media massa di Indonesia tidak hanya berupa media cetak dan elektronik, tetapi juga media digital yang menggunakan internet sebagai sarana penyebaran informasi. Masa internet dapat dibagi menjadi beberapa periode berdasarkan perkembangan teknologi dan perilaku konsumen media massa.
Masa Web 1.0
Masa web 1.0 adalah masa dimana internet masih bersifat statis dan satu arah. Pada masa ini, media massa cetak dan elektronik mulai membuat situs web untuk menampilkan konten-konten mereka secara online. Namun, konten-konten tersebut masih bersifat pasif dan tidak interaktif. Pengguna internet hanya dapat membaca atau menonton konten-konten tersebut tanpa dapat memberikan tanggapan atau umpan balik. Beberapa contoh situs web media massa yang beredar pada masa ini adalah kompas.com, detik.com, liputan6.com, antaranews.com, dan lain-lain .
Masa Web 2.0
Masa web 2.0 adalah masa dimana internet menjadi lebih dinamis dan dua arah. Pada masa ini, media massa digital mulai bermunculan dengan menawarkan konten-konten yang lebih segar, aktual, dan interaktif. Media massa digital juga memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi dan distribusi konten-konten mereka. Pengguna internet tidak hanya dapat mengakses konten-konten tersebut, tetapi juga dapat memberikan komentar, like, share, atau bahkan membuat konten sendiri. Beberapa contoh situs web media massa digital yang beredar pada masa ini adalah merdeka.com, viva.co.id, tribunnews.com, kumparan.com, cnnindonesia.com, dan lain-lain .
Masa Web 3.0
Masa web 3.0 adalah masa dimana internet menjadi lebih cerdas dan personal. Pada masa ini, media massa digital semakin berkembang dengan menggunakan teknologi-teknologi canggih seperti artificial intelligence (AI), big data, cloud computing, blockchain, dan lain-lain. Media massa digital juga mampu menyajikan konten-konten yang lebih relevan, akurat, dan sesuai dengan preferensi pengguna internet. Pengguna internet dapat menikmati konten-konten tersebut dengan lebih mudah, cepat, dan nyaman melalui berbagai perangkat seperti smartphone, tablet, laptop, atau smart TV. Beberapa contoh situs web media massa digital yang beredar pada masa ini adalah idntimes.com, okezone.com, tirto.id, katadata.co.id, theconversation.com/id, dan lain-lain .
Media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak masa pers hingga era internet. Media massa di Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, edukasi, hiburan, dan kontrol sosial bagi masyarakat, tetapi juga sebagai salah satu pilar demokrasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa. Media massa di Indonesia juga harus menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang ada di setiap zaman.
Oleh karena itu, media massa di Indonesia harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi khalayaknya.
0 Comments