Sejarah Pendidikan di Indonesia Dari Masa Kolonial Hingga Era GlobalisasiPendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan sejak zaman prakolonial hingga era globalisasi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan masyarakat.

Berikut ini adalah ulasan singkat tentang sejarah pendidikan di Indonesia dari masa kolonial hingga era globalisasi.

Pendidikan Prakolonial

Pada zaman kerajaan Hindu-Buddha, pendidikan di Indonesia berkembang dengan model “Guru-Kula”, yaitu sistem belajar mengajar yang dilakukan di rumah guru atau di tempat suci.

Murid-murid belajar tentang agama, sastra, seni, dan ilmu pengetahuan dari guru mereka. Pendidikan ini bersifat informal dan tidak terstruktur.

Zaman kerajaan Islam juga melahirkan lembaga-lembaga pendidikan seperti langgar, masjid, dan pesantren.

Pendidikan ini lebih menekankan pada pengajaran agama Islam dan ilmu-ilmu keislaman, seperti fikih, tasawuf, tafsir, hadis, dan sebagainya. Pendidikan ini juga bersifat informal dan tidak terstruktur.

Pendidikan Zaman Kolonial dan Pergerakan Nasional

Pada tahun 1901, pemerintah kolonial Belanda mulai memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi penduduk Hindia Belanda (Indonesia).

Namun, pendidikan ini bersifat diskriminatif dan dualistis, yaitu dibedakan berdasarkan kelas sosial dan keturunan.

Hanya anak-anak pejabat dan bangsawan pribumi yang bisa mengenyam pendidikan formal. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda adalah sebagai berikut:

  • Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar bagi orang Eropa.
  • Hollandsch Inlandsche School (HIS), sekolah dasar bagi pribumi.
  • Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama.
  • Algemeene Middelbare School (AMS), sekolah menengah atas.

Tujuan pendidikan Belanda adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang setia dan patuh kepada pemerintah kolonial, serta untuk menghambat gerakan nasionalisme di kalangan pribumi. Pendidikan Belanda juga didominasi oleh bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Namun, di tengah-tengah kebijakan pendidikan Belanda yang tidak adil dan merugikan, muncul berbagai pergerakan nasional yang berusaha memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi rakyat Indonesia.

Beberapa tokoh pergerakan nasional yang berperan dalam bidang pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara, Mohammad Hatta, Soekarno, Kartini, Dewi Sartika, dan lain-lain.

Mereka mendirikan sekolah-sekolah swasta yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan mengajarkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme kepada murid-muridnya.

Pendidikan Zaman Pendudukan Jepang

Pada tahun 1942-1945, Indonesia diduduki oleh Jepang yang menggantikan Belanda sebagai penjajah baru. Jepang juga mengubah sistem pendidikan di Indonesia dengan beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

  • Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan bahasa Belanda.
  • Sistem pendidikan diintegrasikan menjadi satu untuk semua golongan masyarakat.
  • Pengelolaan pendidikan diserahkan kepada pemerintah daerah setempat.
  • Kurikulum pendidikan lebih menekankan pada aspek militerisme dan nasionalisme Jepang.
  • Pendidikan tinggi ditutup sementara untuk mencegah tumbuhnya pemikiran kritis di kalangan intelektual.

Tujuan pendidikan Jepang adalah untuk menjadikan rakyat Indonesia sebagai bahan baku perang dan sebagai alat propaganda Jepang. Pendidikan Jepang juga didominasi oleh bahasa Jepang sebagai bahasa kedua yang harus dipelajari oleh semua murid.

Pendidikan Zaman Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintah Republik Indonesia mulai membangun sistem pendidikan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia Indonesia secara utuh. Pendidikan nasional juga bersifat demokratis, merata, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Pada masa kemerdekaan ini, sistem pendidikan nasional mengalami beberapa perkembangan sesuai dengan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi yang ada.

Berikut ini adalah beberapa tahapan perkembangan sistem pendidikan nasional dari masa kemerdekaan hingga era globalisasi:

  • Masa revolusi fisik (1945-1950), yaitu masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda dan sekutunya. Pada masa ini, sistem pendikian masih meneruskan pola-pola lama dari zaman kolonial dan Jepang dengan beberapa penyesuaian.
  • Masa demokrasi liberal (1950-1959), yaitu masa pemerintahan parlementer yang mengakui keberagaman partai politik dan ideologi. Pada masa ini, sistem pendidkan mulai disusun secara sistematis dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidkan Nasional yang menetapkan tujuan, struktur, organisasi, kurikulum, dan pengawasan pendidkan nasional.
  • Masa demokrasi terpimpin (1959-1966), yaitu masa pemerintahan Presiden Soekarno yang menerapkan konsep Nasakom (Nasionalisme-Agama-Komunisme) dalam berbagai bidang kehidupan. Pada masa ini, sistem pendikian mengalami beberapa perubahan seperti penghapusan ujian negara pada tingkat SD dan SMP; penggantian istilah HIS menjadi SD; penggantian istilah AMS menjadi SMA; pembentukan Akademi Militer Nasional; pembentukan Institut Teknologi Bandung; pembentukan Universitas Terbuka; dan lain-lain.
  • Masa Orde Baru (1966-1998), yaitu masa pemerintahan Presiden Soeharto yang menerapkan konsep Pembangunan Nasional dalam berbagai bidang kehidupan. Pada masa ini, sistem pendikian mengalami banyak kemajuan seperti peningkatan angka partisipasi kasar (APK) dan angka melek huruf (AMH); peningkatan jumlah sekolah-sekolah dasar hingga pelosok desa; peningkatan jumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta; peningkatan mutu guru-guru melalui program sertifikasi; penyusunan kurikulum berbasis kompetensi; pengenalan wajib belajar 9 tahun; pengenalan ujian nasional sebagai standar kelulusan; pengenalan program paket A,B,C sebagai alternatif bagi anak putus sekolah; pengenalan program beasiswa bagi siswa-siswa berprestasi; dan lain-lain.
  • Masa Reformasi (1998-sekarang), yaitu masa transisi menuju demokrasi yang lebih baik setelah jatuhnya rezim Orde Baru akibat krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Pada masa ini, sistem pendikian mengalami beberapa tantangan seperti desentralisasi otonomi daerah; globalisasi informasi dan tekn

Pendidikan Era Globalisasi

Pada era globalisasi, pendidikan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, persaingan global, kerjasama internasional, dan isu-isu sosial budaya.

Pendidikan di Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia dan mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan berdaya saing.

Beberapa dampak positif globalisasi di bidang pendidikan di Indonesia adalah:

  • Semakin banyaknya akses pendidikan bagi masyarakat sehingga tingkat literasi pun semakin meningkat.
  • Memberikan kesempatan kepada mahasiswa Indonesia untuk belajar di luar negeri dengan biaya yang cukup pantas.
  • Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang berbagai budaya, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari berbagai negara.
  • Memfasilitasi pertukaran informasi, ide, dan pengalaman antara pendidik dan peserta didik dari berbagai belahan dunia melalui media online.
  • Mendorong pengembangan kurikulum, metode, dan media pembelajaran yang inovatif, fleksibel, dan bermutu.

Namun, globalisasi juga memberikan dampak negatif di bidang pendidikan di Indonesia, seperti:

  • Menimbulkan kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, antara daerah maju dan tertinggal, serta antara golongan kaya dan miskin.
  • Menyebabkan hilangnya identitas nasional dan budaya lokal akibat pengaruh budaya asing yang masuk melalui media massa.
  • Menimbulkan konflik sosial akibat perbedaan pandangan, nilai, dan kepentingan antara kelompok-kelompok masyarakat.
  • Menyebabkan ketergantungan teknologi yang berlebihan sehingga mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
  • Menyebabkan degradasi moral dan etika akibat terpapar informasi yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan budaya.

Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus mampu mengambil manfaat sekaligus mengatasi tantangan dari globalisasi. Pendidikan di Indonesia harus mampu menciptakan generasi yang cerdas, berkarakter, mandiri, toleran, dan berjiwa pancasila.

Pendidikan di Indonesia juga harus mampu menjaga kekayaan budaya lokal sekaligus mengapresiasi keberagaman global.

Pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan sejak zaman prakolonial hingga era globalisasi. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan di Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia dan mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan berdaya saing.

Pendidikan di Indonesia juga harus mampu mengambil manfaat sekaligus mengatasi tantangan dari globalisasi. Pendidikan di Indonesia harus mampu menciptakan generasi yang cerdas, berkarakter, mandiri, toleran, dan berjiwa pancasila.

Pendidikan di Indonesia juga harus mampu menjaga kekayaan budaya lokal sekaligus mengapresiasi keberagaman global.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *