Olahraga di Indonesia sangat populer dari partisipasinya pada ajang internasional. Olahraga yang paling terkenal di Indonesia adalah sepak bola, diikuti dengan bulu tangkis.

Ajang olahraga di Indonesia diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia atau KONI. Organisasi ini, begitu juga dengan pemerintah Indonesia telah menetapkan Hari Olahraga Nasional pada 9 September.

Masa Tradisional

Dalam budaya Indonesia, tidak ada keterlibatan latihan fisik seperti olahraga modern. Suku asli Indonesia umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuaan; umumnya ritual, seni, kebugaran fisik dan bela diri. Tarian perang dan perang ritual pada suku Indonesia adalah contoh dari latihan fisik ritual di Indonesia.

Beberapa ritual suku Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi “fahombo” (Lompat Batu) Nias untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan lompat gawang dan lompat jauh di atletik. Juga “karapan sapi” Madura yang sangat mirip dengan balap kereta perang. Balap perahu naga, kano dan kayak adalah kegiatan sehari-hari orang Indonesia yang hidup di dekat sungai besar.

Gambar panahan dari abad ke-9, dianggap sebagai kegiatan pangeran kaum bangsawan pada budaya Jawa, dapat ditemukan dalam bentuk ukiran timbul pada candi-candi di Jawa.

Panahan dianggap sebagai salah satu olahraga klasik Indonesia, dan salah satu gambaran terkenal berada di candi Prambanan dalam cerita Ramayana dan kemudian dijadikan ikon dari Asian Games 1962 di Jakarta, juga sebagai lambang dari Stadion Gelora Bung Karno .

Pencak silat adalah salah satu dari seni bela diri asli Indonesia yang sekarang menjadi olahraga bertarung kompetitif.

Beberapa tarian Indonesia yang menunjukkan gerakan berulang-ulang sama seperti latihan fisik. Beberapa tarian sosial tradisional Indonesia termasuk poco-poco dari Sulawesi Utara dan sajojo dari Papua yang dijadikan tema senam kesegaran jasmani yang populer di seluruh Indonesia.

Masa Kolonial

Konsep olahraga modern diperkenalkan pada era kolonial Hindia Belanda. Pada masa ini, berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, bola voli, tenis meja, atletik, renang dan sepeda mulai dikenal dan dipraktikkan oleh masyarakat Indonesia.

Olahraga ini awalnya hanya dilakukan oleh orang-orang Eropa dan Tionghoa yang tinggal di kota-kota besar seperti Batavia, Bandung, Surabaya dan Semarang.

Namun, lambat laun olahraga ini juga menyebar ke kalangan pribumi yang tertarik untuk mencoba aktivitas baru ini.

Pada masa kolonial ini juga terbentuk berbagai organisasi olahraga yang mewadahi kegiatan olahraga di Indonesia. Salah satu organisasi tertua adalah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang didirikan pada tahun 1930 oleh Soeratin Sosrosoegondo.

Organisasi ini bertujuan untuk mengembangkan sepak bola di kalangan pribumi dan menentang diskriminasi rasial yang dilakukan oleh Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB), organisasi sepak bola Belanda yang tidak mau menerima anggota pribumi. PSSI kemudian menjadi anggota FIFA pada tahun 1952.

Selain PSSI, organisasi olahraga lain yang didirikan pada masa kolonial adalah Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) pada tahun 1935, Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) pada tahun 1939, Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) pada tahun 1940 dan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada tahun 1951.

Organisasi-organisasi ini berperan penting dalam mengembangkan cabang-cabang olahraga tersebut di Indonesia dan mengirimkan atlet-atlet berbakat untuk berkompetisi di tingkat regional maupun internasional.

Masa Kemerdekaan

Setelah merdeka pada tahun 1945, Indonesia mulai aktif berpartisipasi dalam berbagai ajang olahraga internasional. Pada tahun 1951, Indonesia mengirimkan kontingen pertamanya untuk mengikuti Asian Games I di New Delhi, India.

Pada ajang ini, Indonesia berhasil meraih dua medali emas dari cabang bulu tangkis melalui Ferry Sonneville dan Remy Ongkosoeseno serta satu medali perunggu dari cabang atletik melalui Maram Sudarmodjo.

Pada tahun 1952, Indonesia juga mengirimkan kontingen pertamanya untuk mengikuti Olimpiade Helsinki 1952 di Finlandia.

Pada ajang ini, Indonesia tidak berhasil meraih medali apapun namun berhasil mencatatkan sejarah sebagai negara Asia pertama yang menolak ikut serta dalam upacara pembukaan karena menentang partisipasi Belanda dan Uni Soviet yang saat itu masih menjajah Papua Barat dan Hongaria secara ilegal. Aksi protes ini kemudian dikenal sebagai “Boikot Helsinki”.

Pada tahun 1962, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV di Jakarta. Ini merupakan kali pertama sebuah negara Asia Tenggara menyelenggarakan ajang olahraga sebesar itu.

Pada ajang ini, Indonesia berhasil meraih prestasi terbaiknya dengan menduduki peringkat kedua secara umum dengan raihan 51 medali emas, 43 medali perak dan 41 medali perunggu.

Cabang-cabang olahraga yang memberikan kontribusi besar bagi prestasi Indonesia adalah bulu tangkis, panahan, tinju, angkat besi dan renang.

Pada tahun 1964, Indonesia juga menjadi tuan rumah GANEFO I (Games of the New Emerging Forces) di Jakarta.

Ini merupakan ajang olahraga alternatif yang dibentuk oleh Presiden Soekarno sebagai bentuk protes terhadap dominasi negara-negara Barat dalam dunia olahraga internasional.

Ajang ini diikuti oleh 51 negara yang sebagian besar berasal dari Asia dan Afrika serta beberapa negara komunis seperti Uni Soviet dan China.

Pada ajang ini, Indonesia kembali meraih prestasi gemilang dengan menduduki peringkat pertama secara umum dengan raihan 60 medali emas, 41 medali perak dan 28 medali perunggu. Cabang-cabang olahraga yang memberikan kontribusi besar bagi prestasi Indonesia adalah bulu tangkis, panahan, tinju, angkat besi dan renang.

Era Prestasi

Setelah masa-masa sulit pada era Orde Baru yang ditandai dengan penurunan prestasi olahraga akibat kurangnya dukungan pemerintah dan sanksi internasional karena kasus GANEFO dan Papua Barat, Indonesia mulai bangkit kembali pada era Reformasi dengan meraih prestasi-prestasi membanggakan dalam berbagai ajang olahraga internasional.

Salah satu momen bersejarah adalah ketika Susi Susanti berhasil meraih medali emas pertama bagi Indonesia dalam Olimpiade Barcelona 1992 di cabang bulu tangkis tunggal putri setelah mengalahkan Bang Soo-hyun dari Korea Selatan dalam final dramatis dengan skor 5-11, 11-8-11, 11-5, 11-4.

Pada Olimpiade Atlanta 1996, Indonesia kembali meraih dua medali emas dari bulu tangkis melalui ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky dan ganda campuran Trikus Heryanto/Minarti Timur.

Pada Olimpiade Sydney 2000, Indonesia meraih satu medali emas dari bulu tangkis melalui ganda putri Eliza Nathanael/Deyana Lomban.

Pada Olimpiade Athena 2004, Indonesia meraih satu medali emas dari bulu tangkis melalui ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan.

Pada Olimpiade Beijing 2008, Indonesia meraih satu medali emas dari bulu tangkis melalui ganda putra Luluk Hadiyanto/Alvent Yulianto Chandra.

Selain bulu tangkis, cabang olahraga lain yang memberikan medali bagi Indonesia adalah angkat besi dan panahan.

Angkat besi memberikan total 12 medali bagi Indonesia sejak Olimpiade Barcelona 1992 hingga Olimpiade Tokyo 2020, terdiri dari enam medali perak dan enam medali perunggu.

Atlet-atlet angkat besi yang berjasa bagi Indonesia antara lain Raema Lisa Rumbewas, Sri Indriyani, Triyatno, Eko Yuli Irawan dan Windy Cantika Aisah.

Panahan memberikan total tiga medali bagi Indonesia sejak Olimpiade Seoul 1988 hingga Olimpiade Tokyo 2020, terdiri dari satu medali perak dan dua medali perunggu.

Atlet-atlet panahan yang berjasa bagi Indonesia antara lain Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, Lilies Handayani, Diananda Choirunisa dan Riau Ega Agatha.

Olahraga di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan beragam dari masa tradisional hingga era prestasi. Indonesia telah mengenal olahraga sejak zaman pra sejarah sebagai aktivitas untuk bertahan hidup, ritual, seni dan bela diri.

Pada masa kerajaan dan kolonial, Indonesia mulai mengenal olahraga modern seperti sepak bola, bola voli, tenis meja dan lain-lain.

Pada masa kemerdekaan, Indonesia mulai aktif berpartisipasi dalam ajang olimpiade dan meraih berbagai prestasi membanggakan terutama di cabang bulu tangkis, angkat besi dan panahan.

Olahraga di Indonesia merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental tetapi juga untuk membangun rasa nasionalisme dan kebanggaan bangsa.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *